Minggu, 28 Oktober 2012

Tips Menghilangkan Jerawat Ala Pengalaman Pribadi





Pada kesempatan kali ini saya ingin memberikan beberapa tips untuk menghilangkan Jerawat sesuai Pengalaman langsung yang pernah terjadi pada saya. “Sudah bertahun-tahun wajah saya berjerawat, lalu teman saya menyarankan ke klinik T*NG F*NG, setelah 3 kali pengobatan, jerawat saya pun hilang dengan wajah-wajahnya, Terima Kasih T*NG T*NG”, loh kok jadi kesitu-situ.. hahahaha Just Kidding :p


Okeh !! tadi di atas hanyalah sedikit hiburan bagi pembaca. Jadi, saya pernah berjerawat yang menurut saya cukup parah. Bahkan, untuk keluar rumah saja pun saya malu dan untuk berkaca saja pun malas karena jerawat di wajah cukuplah parah. Berbagai pembersih dan obat dari tradisional sampai modern pun sudah saya coba. Alhamdulillah jerawat hilang, tetapi beberapa bulan timbul lagi. Kemudian saya mengumpulkan beberapa tips dari internet yang sudah saya coba dan hasilnya pun cukup memuaskan. Berikut tips-tips untuk menghilangkan jerawat yang sekiranya manjur menurut pengalaman saya :
  1. Rajin-rajinlah membersihkan wajah dengan pembersih wajah yang cocok untuk anda. Apalagi setelah beraktivitas.
  2. Perbanyaklah mengkonsumsi bayam dan wortel.
  3. Perbanyak minum air putih miniman 8 gelas per hari.
  4. Berolahraga fisik secara teratur agar peredaran darah menjadi lancar.
  5. Hidari dari berbagai pikiran yang menimbulkan stres.
  6. Jangan sering memegang wajah dengan telapak tangan, apalagi sedang berkeringat.
  7.  Jangan memencet jerawat dengan tangan, karena bisa menyebabkan peradangan.
  8. Terakhir!! Bertawakal dan berdoa kepada sang maha pencipta agar segera disembuhkan dari berbagai penyakit. Karena penyakit itu datangnya dari yang maha menciptakan dan kembali juga kepada yang maha menciptakannya. 0:)

Mungkin itulah beberapa tips-tips yang saya bisa bagi dari kesempatan ini. Semoga bermanfaat bagi pembaca dan bisa menambah ilmu lagi bagi saya dan anda :D 

Catatan : inti dari menghilangkan jerawat adalah membersihkan wajah secara teratur dan rajin. karena jerawat bisa timbul lagi bila wajah kita kotor

Untuk Ibu ~ Jamrud Lyric




Helai Rambut Memutih
Jemari Bergetar
Tatap Matapun Lelah

Dan Bila Kaki Melangkah
Semakin Perlahan
Tak Pernah Kau Merasa Letih

(*)
Malah Senyum Lembutmu
Tetap Kau Berikan
Dari Waktu Ku Ditimang
Hingga Sampai Saat Ini

Reff:
Begitu Banyak Cinta Kau Taburkan
Lebih Dari Bintang Di Langit
Begitu Luhur Ilmu Kau Tanamkan
Mengisi Jiwaku Untuk Bekal Hidup Ini

Begitu Dalam Laut Di Samudera
Sedalam Perhatian Untukku
Begitu Tinggi Burung Di Angkasa
Tak Lebih Tinggi Dari Rasa Hormatku Pada Dirimu
.
Ku Tempatkan Namamu
Di Atas Segalanya
Terukir Dalam Hati Ini

Selasa, 23 Oktober 2012

Tradisi Palang Pintu Betawi



Palang pintu adalah seni bela diri dari tanah betawi yg sekarang dikenal jakarta. tradisi Palang Pintu yang biasa diadakan saat acara pernikahan masyarakat Betawi. Tradisi ini berlangsung sudah sejak lama dan turun menurun.

Biasanya, upacara pernikahan diawali dengan arak-arakan calon pengantin pria yang disambut oleh petasan saat menuju ke rumah sang calon istri. Dalam arak-arakan, selain iringan rebana ketimpring atau marawis juga diikuti barisan sejumlah kerabat yang membawa sejumlah seserahan mulai dari roti buaya yang melambangkan kesetiaan abadi, sayur-mayur, uang yang ditempel pada kembang kelapa, jajanan khas Betawi, dan pakaian.

Setelah arak-arakan calon pengantin pria yang disebut “Tuan Raja Mude” hendak memasuki rumah pengantin wanita atau istilah “Tuan Putri”. Nah, saat hendak masuk kediaman pengantin putri itulah, pihak pengantin wanita akan menghadang.

Awalnya, terjadi dialog atau biasa dengan pantun-pantun yang sopan. Masing-masing saling bertukar salam, masing-masing saling mendoakan. Sampai akhirnya pelan-pelan pantun berbalas pantun memanas lantaran pihak pengantin perempun ingin menguji kesaktian dan juga kepandaian pihak pengantin laki-laki dalam  berilmu silat dan mengaji.

Baku hantam antar jagoan dari pihak calon pengantin wanita dan pihak calon pengantin pria pun terjadi. Saat tejadi baku hantam antar jagoan kedua belah pihak berlangsung, alunan rebana ketimpring atau marawis terus dimanikan agar suasana pertarungan antar jagoan tersebut tambah meriah.

Setelah adu ilmu silat  dan pantun antar jagoan kedua belah pihak terjadi, sudah pasti akhirnya jagoan dari pihak pria yang memenangi pertarungan tersebut.

Secara Filosofi pertandingan silat itu bukan sekedar pertunjukan untuk adu kekuatan namun untuk membuktikan bahwa mempelai pria dan keluarganya mampu untuk bertindak sebagai pelindung bagi keluarga dan menjaga kelangsungan hidup keluarga dengan penuh kedamaian.

Usai memenangi pertarungan, pengantin wanita pun biasanya meminta pihak lelaki untuk memamerkan kebolehannya dalam tembang Zike atau lantunan ayat-ayat Al Quran.

Semua itu merupakan syarat di mana akhirnya mempelai pria dan arak-arakannya diperbolehkan masuk untuk menemui orang tua mempelai wanita.

Jumat, 19 Oktober 2012

Kayu Kokka





Kayu kokka merupakan kayu yang bermutu tinggi dan telah digunakan sejak zaman dahulu lagi. Malah kayu koka juga telah digunakan bagi membuat Bahtera Nabi Nuh A. S. Tongkat Nabi Musa A. S dan Nabi Syuib A.S juga dibuat dari kayu koka.

Kayu Kokka merupakan ciptaan Allah SWT yang mempunyai pelbagai rahsia dan kelebihan. Kayu Kokka terdapat padanya pelbagai rahsia dan kelebihan sebagai penawar, penyembuh dan pelindung. Apa lagi jika diguna pakai dalam bentuk tasbih dan cincin. Kayu Kokka juga boleh menjadi lebih tinggi harga dan nilainya dari masa ke semasa.

Kayu koka didapati dari pokok koka di dalam hutan dara di Negara Arab, Turki, Nigeria, Iran, Mesir, dan Afghanistan. Pokok Koka merupakan tumbuhan hutan bersifat perrenial (tahunan) dan hidup secara meliar. Namun demikian, terdapat usaha dari Negara-Negara Arab menanam pokok kokka sebagai satu industri pertanian untuk membekalkan kayu kokka yang kini mendapat tempat di pasaran dunia. Walaubagaimanapun, kayu kokka yang terdapat di pasaran sekarang kebanyakannya diambil dari buah kokka yang berkayu.

Kayu kokka mempunyai banyak kelebihannya sejak zaman dahulu lagi dan telah digunakan oleh para nabi sebagai bukti kekuasaan Allah S.W.T di dalam memberikan perlindungan dan penawar kepada manusia. Kayu kokka dipercayai dapat menghalau makhluk halus yang jahat, menghalang dari sihir, melindungi diri dari kekejaman musuh dan banyak lagi. Tidak perlulah diutarakan dengan mendalam di sini kerana telah ramai orang mengenalinya dan memakainya.

Para ulama dan sejarawan mengatakan bahwa Kaoka/Kokka adalah jenis kayu yang paling tinggi nilai dan mutunya. Kayu ini telah digunakan sejak zaman dahulu kala oleh orang-orang besar dimasanyadan
diantaranya adalah untuk pembuatan kapal Nabi Nuh AS, tongkat Nabi Musa AS (bisa di sebut kayu Musa), tongkat Nabi Syuaib AS dan tasbih Nabi Muhammad SAW.
Kaoka/Kokka sangat masyhur dan diminati, khususnya di daratan Melayu termasuk Indonesia, Malaysia, Thailand, Singapura dan negara-negara Islam lainnya.
Saat ini Kaoka/Kokka hanya bisa didapati di Nigeria, Turki, Madagaskar dan Iran, dengan beberapa perbedaan jenis, yaitu yang tumbuh di hutan dan pesisir, dan yang berusia muda dan tua.

Cirri khas Kaoka/Kokka : Tenggelam ke dalam air (tidak mengapung) sekalipun potongan yang kecil dan senantiasa nampak berminyak dan memiliki aroma wangi khas Kaoka/Kokka.

Legenda Silat Betawi





Pencak silat, olahraga beladiri ini riwayatnya adalah asli milik bangsa Melayu. Di Indonesia, pencak silat tersebar di berbagai daerah dengan beragam jenis dan variasinya. Mungkin daerah yang terkenal dengan budaya pencak silat ini adalah di pulau Sumatera terutama Sumatera Utara dan Sumatera Barat.

Di pulau Jawa sendiri khususnya di Jakarta pencak silat menjadi budaya yang sudah turun-temurun diwariskan khususnya di kebudayaan etnis Betawi. Pada masyarakat Betawi, khususnya pada hingga tahun 1960-an, pencak silat merupakan suatu keharusan bagi para pemuda kampung untuk menguasai teknik-teknik beladiri itu.

Pendekar sejati justru lebih mengutamakan untuk menghindari duel terutama dengan orang yang diketahui tidak menguasai ilmu beladiri. Mereka lebih memilih untuk mengalah dan menghindar dari perkelahian. Kecuali jika mengancam nyawa, atau ditujukan untuk membela kaum yang lemah, dan melawan kejahatan, barulah para pendekar mau mengeluarkan jurus-jurus ilmu beladiri simpanannya.

Berikut ini ada beberapa legenda dan cerita mengenai sejarah silat di tanah Betawi.

1. Sabeni
Nama Sabeni sudah tidak asing lagi bagi warga di sekitar Tanah Abang. Selain diabadikan menjadi sebuah nama jalan, Sabeni adalah seorang tokoh silat Betawi yang disegani tidak hanya oleh masyarakat sekitar, tapi juga namanya diakui dalam sejarah. Seperti kebanyakan cerita tentang tokoh-tokoh lokal lainnya, Sabeni merupakan seorang pejuang lokal di daerah Tenabang (sekarang Tanah Abang). Hingga kini warisan Sabeni masih terus dilestarikan walaupun dengan cukup susah payah oleh para ahli waris dan anak didiknya.

Tokoh Sabeni sendiri lahir sekitar tahun 1860. Pada jaman penjajahan Belanda, Sabeni merupakan tokoh yang sangat dimusuhi Belanda. Ia mengajarkan anak-anak muda di sekitar Tenabang belajar ilmu silat. Belanda sangat menolak adanya beladiri silat. Mereka menganggap pendekar silat adalah pemberontak. Belanda bahkan sempat menyewa jawara untuk menghabisi Sabeni, namun usaha tersebut kerap kali gagal.

Masih banyak cerita-cerita lain tentang Sabeni, ia juga pernah melawan seorang Kempetai yang jago karate. Pertarungan ini diadakan di markas Kempetai, Kramat Raya. Ia mengalahkan prajurit Jepang itu dengan jurus Kelabang Nyabrang. Jurus itu adalah jurus andalan ciptaannya. Saat ini jurus itu masih terus dilestarikan lewat Perguruan Silat Aliran Sabeni.

Kini pewaris jurus-jurus maut aliran Sabeni sudah menurun jumlahnya. Babe Ali, putra dari Sabeni kini sudah renta dan tidak segagah jaman kejayaannya dulu. Namun demi melestarikan silat anak-anak didiknya masih terus berlatih silat asli Betawi ini. Sebagai penghormatan kepada Sabeni, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta mengabadikan namanya menjadi nama jalan tempat kediamannya dulu. Makamnya pun dipindah ke Karet Bivak bersebelahan dengan tokoh Betawi lainnya, M. Husni Thamrin.

2. M. Djaelani / H. Zakaria
Di Kampung Kwitang, Jakarta Pusat, dekat Masjelis Taklim Habib Ali, juga terdapat seorang jago silat bernama Muhammad Djaelani, yang dikenal dengan nama singkat Mad Djelani. Dia pernah dihukum seumur hidup oleh Belanda. Sebabnya, sekitar 1940-an ia membunuh seorang konsul Jepang di Batavia, karena disangkanya seorang Cina kaki tangan Belanda. Ia dibebaskan oleh Barisan Pelopor pada masa revolusi fisik.

Salah seorang cucunya, H Zakaria, mewarisi ilmu silatnya, Mustika Kwitang. Pada tahun 1960-an, pasukan pengawal Presiden Soekarno, Tjakrabirawa, mendatangkan suhu (guru besar) karate dari Jepang, Prof Nakagama, yang telah mendapat predikat Dan 7, disertai mahaguru karate dari AS, Donn F Dragen. Zakaria, pemuda kelahiran Kwitang, itu diminta untuk memperlihatkan tehnik bermain silat kepada kedua mahaguru karate tersebut.

Zakaria, yang kala itu masih muda, dengan lihainya memperagakan jurus-jurus bermain senjata dan memecahkan batu dengan menggunakan pergelangan tangan. Jago silat Kwitang ini juga menunjukkan kemahirannya memainkan senjata tajam dengan kecepatan tinggi. Atraksi ini mengundang kekaguman master karate Jepang. Kepada Bung Karno saat diterima di Istana Negara ia mengatakan, ”Mengapa Anda memiliki pemain sebagus ini kok pemuda-pemudinya kurang menyukai. Justru lebih suka ilmu bela diri dari Jepang?”

Ketika menuturkan kisah ini kepada penulis, Zakaria mengatakan, ”Banyak orang Indonesia menganggap rendah pencak silat dan dianggap permainan kampungan. Padahal, di Eropa dan Asia, kini banyak orang yang mempelajarinya.” Zakaria sendiri telah mengajarkan silat di Eropa.

Pada masa penjajahan, pemerintah kolonial, tak mengizinkan permainan pencak silat. Karenanya, pada masa itu para pesilat kita belajar mulai pukul 02.00 dini hari sampai menjelang subuh. Alasan Belanda, kata Zakaria, para pemberontak seperti si Pitung, si Jampang, H Murtadho dan Entong Gendut dari Condet, adalah para ahli silat. Pada masa revolusi sejumlah ahli silat Betawi dan ulamanya bahu membahu memimpin barisan melawan Belanda.

Prestasi jawara kampung Kwitang ini ternyata tidak main-main. Karena kepiawaian beliau adalam seni ‘maen pukulan’, H. Zakaria sempat masuk Tim Nasional Pencak Silat Kontingen Jakarta dalam PON II di Jakarta pada tahun 1952. Pada tahun tersebut beliau berhasil meraih medali emas. Sedangkan untuk PON III (1953), beliau sebagai pelatih berhasil membawa anak didiknya menyabet berbagai medali.

Kini dengan semakin uzurnya usia, beliau tidak henti untuk melatih para anak muda untuk ‘maen pukulan’ di daerah Kwitang. Seminggu dua kali ia melatih anak-anak muda beserta beberapa orang asing yang tertarik berlatih silat. Beliau sekarang menjadi pakar pencak silat di Ikatan Pencak Silat Indonesia (IPSI).

3. Si Pitung
Banyak versi cerita tentang jawara yang satu ini. Pitung juga disebut-sebut sebagai ‘Robin Hood’ versi Betawi. Ia melawan penjajahan Belanda dan membela orang-orang yang ditindas oleh Belanda pada masa itu. Agak sulit untuk mengetahui secara pasti riwayat lengkap tentang si Pitung. Namun yang jelas, Pitung menjadi legenda yang semangatnya masih hidup di dalam sanubari warga Betawi hingga kini.

Menurut cerita, Pitung lahir di daerah Rawabelong, Jakarta Barat. Di kampungnya tersebut ia belajar silat kepada gurunya, H. Naipin. Aliran silat yang dipelajarinya dikenal dengan aliran Cingkrik. Selain belajar ‘maen pukulan’, si Pitung juga belajar mengaji dan mendalami Al Quran pada gurunya tersebut. Dia, menurut istilah Betawi, ‘orang yang denger kate’, dan ia juga ‘terang hati’.

Alkisah, pada waktu berusia remaja, si Pitung pernah disuruh ayahnya untuk berjualan kambing di pasar Tenabang. Ia berangkat dari rumahnya membawa lima ekor kambing. Ketika dagangannya habis dan hendak pulang, ia dirampok oleh sekelompok orang. Ia tidak berani pulang. Ia bertekad untuk merebut uang hasil penjualan kambing tersebut, dan tidak akan pulang sebelum berhasil. Ini lantaran Pitung merasa sangat bersalah kepada orangtuanya. Ia pun menjadikan langgar sebagai tempat tidurnya. Sesekali ia menumpang di rumah gurunya, H. Naipin, sambil memperdalam ilmu silatnya. Dengan tekad yang kuat itulah ia berhasil mengalahkan perampok yang dulu merampoknya dan bahkan diceritakan ia menjadi pemimpin kelompok tersebut.

Salah satu ilmu kesaktian yang dipelajari Bang Pitung disebut Rawa Rontek. Gabungan antara tarekat Islam dan jampe-jampe Betawi. Dengan menguasai ilmu ini Bang Pitung dapat menyerap energi lawan-lawannya. Seolah-olah lawan-lawannya itu tidak melihat keberadaan Bang Pitung. Karena itu dia digambarkan seolah-olah dapat menghilang. Menurut cerita rakyat, dengan ilmu kesaktian rawa rontek-nya itu, Bang Pitung tidak boleh menikah. Karena sampai hayatnya ketika ia tewas dalam menjelang usia 40 tahun Pitung masih tetap bujangan.

Cerita tentang tewasnya si Pitung merupakan kisah tersendiri. Belanda yang kewalahan menghadapi si Pitung lantas memerintahkan Schout (kepala polisi setingkat Kapolsek) van Heyne untuk membereskan masalah si Pitung. Van Heyne pun memutar otaknya. Berkali-kali si Pitung keluar masuk penjara karena merampok orang Belanda. Ia juga dikabarkan punya ilmu kebal senjata dan mampu menghilang. Strategi van Heyne adalah mengalahkan si Pitung dari ‘dalam’. Oleh penghianatan teman di dalam kelompoknya, si Pitung akhirnya berhasil ditewaskan menggunakan peluru emas. Dan menurut salah satu cerita rakyat, jasadnya dikuburkan secara terpisah antara kepala dan tubuhnya.

Namun bagaimanapun cerita rakyat mengenai si Pitung, yang perlu digarisbawahi adalah semangatnya untuk membela orang-orang kecil melawan penindasan.

4. Murtado
Murtado si Macan Kemayoran, begitu julukan yang diberikan warga Betawi kepada jawara asal kampung Kemayoran ini. Sama seperti kisah-kisah kepahlawanan lokal Betawi, Murtado merupakan seorang tokoh pemuda Betawi yang rendah hati dan membantu rakyat kecil dari penindasan Belanda jaman itu. Meskipun ia dikenal sebagai jawara, jago silat, namun sikapnya yang ramah dan rendah hati itu membuat warga senang kepada tokoh yang satu ini.

Dikisahkan dalam sebuah ceritera, Murtado melawan dua orang jawara lain yang menjadi centeng Belanda, Mandor Bacan dan Bek Lihun. Pada sebuah kesempatan panen padi, warga bersama-sama memanen padi hasil kerja paksa untuk kepentingan Belanda. Panen padi itu diawasi oleh seorang centeng bernama Mandor Bacan. Murtado pun turut dalam kegiatan panen padi ini. Ia berada di sebelah seorang gadis kenalannya. Mandor Bacan pun mulai mengganggu si gadis dengan menuduhnya berbuat curang, lalu mulai mempermainkan si gadis tersebut. Dengan tiba-tiba tampillah Murtado membela si gadis. Terjadilah perkelahian antara Mandor Bacan dengan Murtado. Karena kepiawaiannya bermain silat, Mandor Bacan pun dengan mudah dikalahkan.